Aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, padang panjang.
Silat Tuo – Aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, padang Panjang, berkembang di kabupaten Lima Puluh Kota tetap dengan nama Silat Tuo tetapi penulis pernah bertemu dengan salah satu anak alm. Syekh Abdurrahman Kumango yang bernama Bpk Ismail Rahman dan penulis meminta sejarah silat Kumango dari beliau, dalam tulisan ketikan yang beliau serahkan, dijelaskan bahwa silat kumango juga bernama silat tuo dan ada pendapat lain seperti yang ditulis pada situs wikipedia yang mengatakan bahwa silat ini mulanya dikembangkan oleh Tuanku Nan Tuo, salah seorang anggota Harimau Nan Salapan atau golongan paderi.
Jika pendapat ini diterima, maka “Silat Tuo” di minangkabau terinspirasi dari gerakan binatang seperti harimau, buaya dan kucing.
Dalam Silat Tuo Minangkabau dikenal prinsip: Tangkis Jurus Satu, Serang Jurus Dua. Jadi pada awalnya ilmu persilatan di Minangkabau ini mengajarkan pada anak sasiannya (murid) untuk tidak memulai perkelahian.
Tangkis jurus satu mempunyai makna, bahwa tugas utama setiap anak sasian atau pesilat adalah menghindarkan perkelahian. Sedangkan Serang jurus dua mempunyai makna: bila musuh datang setelah mengelakkan serangan baru boleh menyerang.
Dan ilmu ini memang diajarkan secara harfiah dalam silek Tuo. Tidak pernah diberi pelajaran bagaimana caranya membuka serangan. Tetapi pelajaran selalu dimulai dari cara “mangelak”. Yaitu menghindarkan perkelahian. Setelah serangan musuh ditangkis, barulah terbuka jurus untuk menyerang.
Adapun Silat Toboh di Pariaman, Pangian di Tanah Datar dan starlak di Sawahlunto, adalah juga berasal dari silek tuo. Tetapi telah dikembangkan dan dirubah di sana sini. Ilmu itulah yang kini dipakai oleh Pandeka Sangek. Silek Tuo dianggap lemah karena tidak boleh memulai serangan, dalam perkelahian orang diwajibkan menanti orang lain menyerang.
Silat Minangkabau atau disingkat dengan “Silat minang” pada prinsipnya sebagai salah kebudayaan khas yang diwariskan oleh nenek moyang Minangkabau sejak berada di bumi Minangkabau. (*)