Jelang dimulainya silek art festival (SAF) 2018 sebagai salah satu program
platform Indonesiana di sumatera barat, dinas kebudayaan Provinsi Sumatera Barat
menggelar Lokakarya bertajuk “Penguatan kapasitas penyelenggaraan festival dalam
platform indonesiana”.
Kegiatan yang diikuti 20 peserta dari komunitas lokal dan panitia silek arts festival 2018,
bertujuan sebagai penguatan manajemen kurasi manajemen.
“Kegiatan workshop berlansung baik dan aktif. Seluruh peserta mengikuti dengan antusias, sehingga waktu break beberapa kali tertunda karena banyaknya pertanyaan,” sebut Viveri
Yudi, Kasi Diplomasi Budaya, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, ketika
diwancarai media, Sabtu (4/8).
Viveri Yudi, Person in Charge (PIC) pelaksanaan Indonesiana/SAF di Sumbar menyebutkan silek Art Festival 2018, lolos sebagai salah satu festival Indonesiana dari sembilan festival yang lolos tahun ini. “Program ini menonjolkan bahwa silek benar – benar khasanah budaya minang,” sebutnya
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bukittinggi, Melvi Abrar dan dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 3 hingga 5 Juli
2018. Hadir sebagai narasumber tokoh yang sangat berpengalaman, seperti Ratna Riantiarno aktris, manajer seni pentas, aktivis teater Indonesia, bersama produser film, Leni Lolang yang membagikan pengalaman berproduksi.
Sedangkan Bambang Paningron, penggagas sekaligus pelaksana Jogja Arts Festval dan
Dede Pramayosa, pekerja seni dan budaya dengan materi pengetahuan Kurasi.
Silek Art Festival 2018. FB : @silek.id – TW : @silek_id – IG : @silek.id. Email : silek.indonesia@gmail.com
Viveri Yudi, akrab dipanggil mak kari mengharapkan dari pelatihan ini Peserta lokakarya
diharapkan mampu meningkatkan kualitas tatakelola kegiatan kebudayaan di daerah ini.
“Mereka adalah bagian ekosistem kebudayaan, yg akan bermitra dan bersinergi sengan
pemerintah dlm melaksanakan kegiatan – kegiatan kebudayaan. Pemerintah lebih berperan
sebagai fasilitator dan koordinator dlm kegiatan tersebut,” tandasnya . (*)