silek.id – Untuk menanamkan kebudayaan lokal dari sejak dini diperlukan kurikulum berbasis kearifan lokal. Di sumatera barat, kurikulum tersebut akan menciptakan SDM unggul dan berkarakter.
Hal ini disampaikan hidayat, SS,MH, anggota Komisi V yang juga menggawangi bidang pendidikan.
Hidayat menyebutkan ada tiga komponen pendidikan yang berpengaruh yaitu infrastruktur, SDM (guru dan tenaga lainnya), lalu kurikulum. “Nah, roh pendidikan itu ada di kurikulum,” ujarnya, Kamis 13 Juni 2024
Pendidikan di Indonesia sebenarnya telah memiliki kurikulum yang disebut Kurikulum Merdeka. Namun, kurikulum merdeka mesti diperkuat dengan kurikulum yang berbasisis kearifan lokal. Tujuannya untuk menggali local wisdom.
Pendidikan, sebut Hidayat, tidak hanya mengajarkan orang keilmuwan, tapi juga adab. minang, sangat kaya sekali local wisdom yang berkaitan dengan karakter.
“Kita kaya akan itu, makanya mesti diajarkan agar menjadi karakter,” ujar anggota DPR yang juga ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumbar itu.
Misalnya, sebut hidayat, Minang mengenal kato nan ampek, yaitu bagaimana bersikap dan bertutur kata dengan sama besar, lebih kecil, atau lebih tua.
Menurut Hidayat, nilai-nilai yang baik itu mesti menjadi “pakaian”-nya siswa-siswi di Sumbar. Mereka malu ketika membuang sampah sembarangan karena itu perbuatan yang salah. Mereka juga dilatih untuk menghargai guru, teman, dan orang yang lebih kecil.
DPRD Sumbar, sebut Hidayat, telah mendorong kurikulum berbasis kearifan lokal ini melalui Perda Pemajuan Kebudayaan. Salah satu bentuk praktik nantinya adalah dibuatnya satu hari di sekolah mesti berbahasa daerah. (*)