silek minang - foto pinterestcom-640x426

memiliki banyak aliran salah satunya yang berkembang di pesisir barat Sumatra Barat sejak dari Pariaman ke Pasaman hingga ke Riau. Sunua juga dikenal dengan silek para Kyai atau di yang awalnya dikembangkan oleh Khalifah Syekh Burhanuddin sembari menyebarkan agama islam di Sumatra Barat. Oleh karena itu silek Sunua ini mengandung unsur-unsur agama islam.

Silek Sunua ini bersifat menunggu serangan dari lawan bukan menyerang lawan, karena itu silek sunua ini ditujukan untuk menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan diri. Dalam perkembangannya Silek Sunua ini tidak lepas dari peran dua belas khalifah diantaranya Syech Burhanuddin, Syech Badarudin, Syech Badu Elang, Syech Daud, Anduang Ijuak, Syech Bani Adam, Anduang Joki, Mak Munaf, Baka Baluik, Rajo Ageh, Sulaiman, dan H. Ali Musa.

“Silek Sunua ini disempurnakan oleh khalifah yang ke-5 yaitu Anduang Ijuak, yang mana Anduang Ijuak ini merupakan putra asli dari Sunua, sehingga penamaan silek tuo ini dikenal dengan nama silek sunua sampai sekarang,” kata Sudirman, di Kabun Sunur, Pariaman, Sumatera Barat seperti dimuat di situs resmi Pemkab Padang Pariaman.

Sudirman telah mempelajari silek ini dari sekolah dasar. Ketika Silek Sunua ini sudah hampir punah, tepatnya pada tahun 2004 pria 45 tahun ini terpanggil untuk melestarikan kembali silek sunua ini, dengan niatan ingin meneruskan perjuangan H. Ali Musa selaku Kapalo Mudo di Sunua yang juga merupakan bagian dari dua belas khalifah dan ia juga berkontribusi besar terhadap perkembangan silek di Sunua.

“Motivasi awal saya ingin melestarikan silek ini agar Nagari Sunua tidak hilang dari peredaran juga untuk menjaga aga leluhur ini tidak punah karena silek sunua ini merupakan silek tuo terkhususnya kepada masyarakat dan generasi penerus di Nagari Sunua, karena bak kata orang jan mangaku urang Sunua kalau indak pandai silek Sunua, hal ini membuktikan bahwa silek ini merupakan jati diri dari orang sunua,” terangnya

Ia juga menambahkan selain untuk melestarikan budaya, silek ini diajarkan kepada para muda mudi penerus juga untuk sebagai pagar diri dari musuh yang akan membahayakan dirinya namun tidak diperuntukan untuk gaya-gayaan dan menyombongkan diri karena pada dasarnya silek ini hanya digunakan dalam keadaan yang mendesak seperti kata pepatah indak kama gantiang ka balaga. Untuk latihan silek sunua dilakukan dalam dua kali seminggu yang biasanya diajarkan pada malam hari dan semua anak sunua berhak belajar silek ini namun tidak juga tertutup kemungkinan bagi muda-mudi luar sunua untuk belajar silek ini, karena sejatinya menurut Sudirman silek sunua ini sangat berguna unuk menjaga diri karena yang akan menjaga diri kita hanyalah diri kita sendiri.

Related posts